Oleh : Rahma
Doni, S.Pd
PENDAHULUAN
Keberadaan
akuntansi barat atau konvensional yang selama ini berkembang, telah mengakar
dalam arah pemikiran dan praktik dunia bisnis di seluruh dunia. Adapun tujuan
yang hendak dicapai dalam permasalahn ini adalah menganalisis dan mengoreksi
persoalan-persoalan yang ada dalam akuntansi barat.
1.
Perkembangan
Akuntansi Barat
Akuntansi secara
tradisional telah dipahami dan diajarkan sebagai saatu serangkaian prosedur
rasional yang digunakan untuk menyediakan informasi, yaitu informasi yang
digunakan untuk pengambilan keputusan dan pengendalian.
Pembicaraan
mengenai perkembangan akuntansi tidak dapat dilepaskan dari akar sejarhnya.
Akuntansi, seperti halnya dengan ilmu-ilmu lainnya telah mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan masyarakat pemakinya. Sejarah akuntansi menunjukan
bahwa akuntansi sudah cukup lama dimulai. Berdasarkan pendapat beberapa penulis
menegaskan, bahwa akuntansi sudah ada sejak sekitar 8000 sampai dengan 5000
sebelum masehi. Padahal peradaban islam telah ada sejak tahun 600-1300 M dan
pernah mengalami kejayaan pada tahun 900-1200 M. Jika demikian, maka
perkembangan peradaban islam telah banyak memberikan sumbangan terhadap
perkembangan sebgai disiplin ilmu yang sekarang ini berkembang dengan pesat.
(Revirson Baswir, “Akuntansi dan
Ideologi, kertas kerja pada Seminar
Nasional Harteknas, Yogyakarta, 27 desember 1996)
Catatan perkembangan akuntansi
dapat dikaji melalu beberapa tahapan berikut:
1.1
Tahapan Pertama
Pada periode
ini, mekanisme atau metodelogi akuntansi berbentuk tata buku. Sebagaimana
disebutkan bahwa sebgaian besar sejarah akuntansi adalah menganai sejarah
sivilisasi akuntansi telah berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Lebih dari 700 tahun yang lalu pada masa kebudayaan Chalden Babilonia, Asiria,
Sumeria telah meninggalkan catatan bisnis tertua. Data lain menunjukan bahwa
zaman kuno Mesir, Cina, Romawi juga memiliki tata buku.
Periode
berikutnya, muncul beberapa pendapat tentang asal mula sistem pembukuan
berpasangan, tetapi mungkin juga bahwa sistem pembukuan berpasangan ini muncul
dari buku-buku broker uang yang zaman pertengahan dipengaruhi oleh praktik
pembukuan kas zaman Romawi. Sebgaimana diketahui pada tahun 1494 di Venesia,
seorang ahli matematika bernama Lucas Pacioli menerbitkan buku tentang
akuntansi. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa hal ini merupakan periode
perubahan dari zaman pertengahan ke zaman modern.
1.2
Tahap Kedua
Tahap kedua
adalah tahap awal pertumbuhan teori ekonomi. Para ahli melihat dari segi logika
dan kewajaran di dalam pembukuan. Litteleton dan Zimmerman menyimpulkan bahwa
“akuntan yang pada awalnya melakukan studi empiris, harus dapat menghasilkan
teori prosedur mekanis.” Selanjutnya ide ini telah diterapkan ke
praktikan-praktikan lainnya seperti: perkiraan hasil dan biaya.
Sumber teori
akuntansi yang lain adalah (kondisi/operasional) perusahaan. Pada mulanya
perusahaan itu tidak memerlukan perhitungan lab rugi yang teratur. Sebab
perusahaan itu adalah pedagang lokal seperti pedagang berlayar dan pedagang
melalui darat. Akan tetapi, setelah munculnya pasar modal pada awal abad ke-19,
maka perhitungan lab rugi perusahaan diperhitungakan secara periodik, dan
persoalan lainpun muncul, yaitu modal. Dengan demikian, jika perusahaan dapat
berjalan terus-menerus kendatipun terjadi perubahan investor atau pemegang
saham, maka posisi modal harus diketahui terus. Dari sinilah muncul teori
ekonomi.
1.3
Tahap Ketiga
Melalui
akuntansi, seseorang dapat memprediksi masa depan dan merencanakan
kepengurusannya serta menghitung hasil usaha masa lalu. Menurut Littleton dan
Zimmerman bahwa “akuntansi sebagai kemajuan paling besardalam pembukuan sama
dengan keputusan tentang kebijakan akuntansi ditambah dengan tata buku.
Pada tahap
ketiga ini, peranan akuntansi adalah dapat mengontrol individualisme perusahaan
yang tidak memperhatikan kepentingan sosial. Individualisme perusahaan yang
tidak memperhatikan masyarakat dimaksudkan, karena perusahaan mengejar laba
sebanyak-banyaknya. Oleh karen itu untuk mengontrol perilaku perusahaan yang
hanya memikirkan laba tanpa memperhatikan aspek sosial, lembaga akuntansi harus
digunakan oleh perusahaan sendiri, atau jika tidak bisa oleh lembaga
masyarakat.
(Sofyan Syahrir Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1997. Google serching)
2.
Akuntansi
Sebagai Teknologi Universal
Sebagaian besar
orang berpendapat bahwa (1) akuntansi hanyalah sebuah alat yang bebas nilai (value-free), dan oleh karenanya (2)
akuntansi (konvensional) adalah suatu yang dapt diterima dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam perspektif agama islam sekalipun.
Kebanyakan kita
menerima begitu saja anggapan bahwa akuntansi adalah teknologi universal,
tetapi akuntansi tidak semat teknologi. Dengan kata lain, dalam menatap
perkembangan akuntansi, tidak banyak yang tidak sepakat bahwa akuntansi sangat
dipengaruhi oleh alam dan lingkungan tempat akuntansi itu dikembangkan (Mathews
& Perera, 1996; FASB, 1985).
Berdasarkan
pendapat diatas menunjukan bahwa akuntansi bukanlah sebuah teknologi atau
teknik yang sederhana yang netral terhadap perkembangan, namun ia adalah
teknologi universal yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan proses
perubahanyang terjadi dalam lingkungannya, baik sosial, ekonomi, dan
sebagainya.
3.
Aliran-Aliran
Akuntansi Barat
Sesuai dengan
perkembangan sejarahnya, akuntansi lahir dan berkembang mengikuti sistem yang
dianut suatu bangsa. Sementara littelton menganggap akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan ilmiah (Scinece).
Aliran akuntansi
konvensional menurut perkembangannya dapat ditelusuri dari empat aliran
akuntansi, yaitu: “Aliran Akuntansi Inggris; Aliran Ekonomi Politik dari
Akuntansi; Teori Akuntansi Alternatif Hopwood; dan Akuntansi Sosial.” (Harahap,
1997: 261-264).
3.1
Aliran Akuntansi Inggris
Aliran akuntansi
Inggris lahir pada sekitar tahun 1970-an. Aliran ini menyoroti bahwastudi
akuntansi saat ini dipengaruhi oleh model ekonomi neo-klasik Amerika. Lebih
lanjut Takatera menyatakan bahwa dengan adanya kritik terhadap keberadaan
akuntansi yang harus peran sosial, maka hal ini penting yang harus diperhatikan
adalah pengungkapan informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Sehingga saran ini menyebabkan
timbulnya ketergantungan pada hipotesis yang menyatakan bahwa kurangnya
informasi akuntansi dikalangan kelompok yang berkepentingan di luar perusahaan
akan mengganggu mereka dalam pengambilan keputusan yang rasional. Teori ini
disebut dengan teori akuntansi yang didominasi oleh konsumen (consumer dominated).
Perkembangan
selanjutnya setelah adanya teori Consumer
Dominated, maka muncul pula teori tentang Producer Dominated. Producer Dominated adalah teori yang didasarkan
pada pengungkapan informasi akuntansi yang didasarkan pada informasi yang
didominasi oleh penyaji laporan sehingga perluasan pengungkapan mungkin akan
memperluas penguasaan manajemen dalam mengarahkan pihak lain yang
berkepentingan.
(Sofyan Syahrir Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1997. Google serching)
3.2
Ekonomi Politik dari Akuntansi
Perkembangan
lebih lanjut dalam bidang ekonomi adalah masuknya ilmu politik dalam bidang
ekonomi. Dari sini kemudian lahir ilmu ekonomi politik. Ilmu ekonomi politik
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi akuntansi. Pelopor teori
ekonomi politik dari akuntansi adalah David J. Cooper. Sebagaimana dikatakan
oleh Takatera, bahwa “perkembangan lebih lanjut adanya ilmu ekonomi politik
ikut mempengaruhi akuntansi.” Aliran akuntansi inggris telah mencatat aspek
akuntansi ini dan metode-metode yang mendasari, yaitu:
1.
Ekonomi politik dari
akuntansi menyangkut peranan akuntansi dalam proses distribusi pendapatan,
kekayaan, kekuasaan, dalam organisasi dan masyarakat.
2. Hal
ini meletakan pentingnya nilai lingkungan yang unik secara historis dan kelembagaan
dari organisasi dan masyarakat dimana akuntansi dipraktiakan.
3.
Akuntansi adalah simbol
sistem yang didefinisikan dari realitas, dan lagi pula akan terus berubah
karena kekuasaan dari sistem itu.
Ekonomi
politik dari akuntansi seperti itu harus memiliki tiga persyaratan, yaitu:
1.
Harus normatif
eksplisit, artinya setiap studi akuntansi empiris dan diskriptif adalah
normatif berbobot nilai.
2. Harus
deskriptif, artinya setelah pengetahuan cukup mengenai fungsi yang saling
mendukung (mutual) diantara informasi
akuntansi, individum organisasi, pasar, dan masyarakat, kita akan dapat menilai
sistem akuntansi.
3.
Karus kritis, artinya
adalah suatu situasi ketika masalah akuntansi menjadi gambaran potensial dari
masalah sosial. Disini termasuk analisis kritis terhadap masalah sebelumnya.
Dalam konteks ini akuntansi alternatif mengharapkan adanya revolusi akuntansi
dan akhirnya revolusi sosial yang didalamnya akan terjadi revolusi akuntansi
oleh seorang akuntan inggris yang kritis, yaitu Anthony Hopwood. Hopwood
menyatakan bahwa “akuntansi tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat
akuntansi diterapkan dan tidak bisa netral secara teknis atau netral dari
kepentingan.
3.3
Akuntansi Sosial
Seperti halnya
Hopwood, T.E. Gambling memandang akuntansi sebagai suatu yang tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakat. Ia menyatakan dalam tulisannya yang dikutip oleh
Gaffikin, bahwa “accounting is a social
product and will reflect the cultural of the society (viz, Western society)
that produces it.
Berdasarkan
paparan diatas terlihat bahwa lahirnya akuntansi sosialmewujudkan kecenderungan
terwujudnya metode akuntansi yang berbeda dengan model akuntansi barat.
Sebagaimana diakaui oleh Gambling bahwa perbedaan ide tentang waktu, diri
sendiri, pengelompokan, dan lain-lain akan menghasilkan bentuk dari teori
akuntansi yang melahirkan metode akuntansi yang berbeda dari model barat.
Oleh karena itu,
apabila hal diatas dapat terwujud maka bentuk akuntansi sebenarnya akan
terlihat sebagai berikut:
1.
Masyarakat kita tanpa
bisa ditolak terdiri dari satu kumpulan dimensi nilai.
2. Akan
tetapi, menganggap bahwa situasi ekonomi secara keseluruhan yang bisa dicatat
dapat diketahui melalui akuntansi. Ide ini mempertimbangkan berbagai hal dari
luar konsep akuntansi yang ada.
3.
Akuntansi hanya
mengakui satu aspek dari dimensi “n”
dari kenyataan. Sejauh menyangkut pandangan akuntansi sekarang, kesenjangan
antara hal-hal yang dipikirkan orang dan hal-hal yang sebenarnya.
4.
Implikasi
Teori Dan Praktik Akuntansi Dalam Laporan Keuangan
Salah satu
produk dari teori dan praktik akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan catatan-catatan atau gambaran keuangan suatu perusahaan.
Laporan keuangan inilah yang sijadikan sumber informasi bagi para investor
dalam mengambil keputusan bisnis. Dengan demikian peran akuntansi adalah
menjadi sumber informasi utama bagi pihak manajemen dalam mengelola perusahaan,
dan bagi investor dalam memilih investasi.
4.1
Ekonomika dan Perusahaan Kapitalistik
Sebagaimana
diketahui, bahwa ilmu ekonomi yang diajarkan selama ini alah ilmu kapitalistik.
Dalam kenyataanya ilmu ekonomi kapitalistik cenderung melihat persoalan dari
sudut pandang pemilik kapital belaka. Menurut Baswir, bahwa hal itu dapat
dibuktikan dengan melihat postulat, asumsi, dan prinsip ekonomi, dengan
penjelasan sebagai berikut.
Postulat
Ilmu Ekonomi. Postulat ilmu ekonomi kapitalistik antara lain mengajarkan
agar manusia mengabaikan ada atau tidak adanya Tuhan Yang Maha Esa. Jika demikian,
akibat secara tidak langsung adalah ilmu ekonomi kapitalistik juga mengajarkan
untuk mengabaikan ada atau tidak adanya akhirat.
Asumsi
Ilmu Ekonomi. Asumsi ilmu ekonomi kapitalistik adalah mengajarkan manusia
untuk hidup egois, serakah, dan rasional. Sebagaimana dinyatakan oleh Adam
Smith dalam bukunya The Wealth of
Nations, bahwa: bila seorang pelayan restoran bersikap ramah kepada anda,
hal itu bukan berarti ia seorang yang baik hati, melainkan hanya sekedar untuk
mengeruk uang dari kantong anda.
Prinsip
Ilmu Ekonomi. Dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil
tertentu yang diinginkan. Maka pada dasarnya ilmu kapitalistik mengajarkan
kepada kita untuk mengejar laba material yang sebanyak-banyaknya.
Pengaruh prinsip
ekonomi kapitalistik tampak sangat jelas dalam tujuan perusahaan kapitalistik.
Namun dalam kenyataanya yang bertujuan mencari laba itu hanyalah para pemilik
kapital.
Sejarah telah
mencatat, bahwa negara-negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalsitik
membuktikan terjadinya konflik antara para pemilik modal dengan buruh. Catatan
searah lainnya adalah bahwa revolusi kaum buruh telah melahirkan bentuk
negara-negara baru, yaitu negara komunis (walau sudah mulai berguguran).
4.2
Akuntansi Kapitalistik
Sesuai dengan
bentuk dan sistem ekonomi yang diterapkan dan dikembangkan di negara-negara
barat, maka sistem perusahaan dan akuntansinya pun tentu tidak dapat dipisahkan
dari kaidah atau prinsip yang ada dalam sistem tersebut.
Wujud akhir dari
proses akuntansi dalam suatu perusahaan
adalah penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan ini pada akhirnya
ditujukan kepada para pemakai laporan akuntansi, terutama adalah bagi para
pemilik modal perusahaan. Laba atau rugi yang tercantum dalam laporan keuangan
tersebut adalah laba atau rugi para pemilik modal perusahaan.
Baswir menggambarkan posisi laporan pendapatan dari
suatu perusahaan yang mengikuti sisitem akuntansi kapitalistik, sebagai
berikut:
Laporan Laba Rugi Perusahaan XX
Penjualan Bersih XXX
Harga Pokok Produksi XXX
Biaya bahan baku XXX
Biaya tenaga kerja
langsung XXX
Biaya
overhead produksi XXX (XXX)
Laba kotor
XXX
Biaya penjualan
XXX
Biaya adminitrasi dan umum (
XXX)
Laba bersih
XXX
Lebih lanjut
Baswir menganalisi, bila kenyataan sebagaimana yang tampak dalam lporan
pendapatan, ternyata ilmu ekonomi kapitalistik memang mengajarkan buruh
hanyalah bagian dari faktor produksi. Jika demikian adanya maka produk
akuntansi barat akan terus menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara buruh
dengan pemilik modal.
4.3
Implikasi Akuntansi dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah suatu proses yang terjadi dalam kegiatan manajemen.
Pengambilan akuntansi akan akurat jika didasarkan pada kelengkapan informasi
atau pengetahuan yang diperlukan yang menyangkut berbagai aspek masalah yang
akan diputuskan.
Proses pengambilan
keputusan dalam ilmu pengetahuan harus dilakukan memalui beberapa tahap, yaitu:
1.
Mengidentifikasi
persoalan dengan cara membandingkan keinginan dengan kejadain yang sebenarnya.
2. Memasukan
persoalan utama.
3. Merinci
persoalan.
4. Merumuskan
berbagai alternatif pemecahan.
5. Memutuskan
pilihan terbaik.
6. Melaksanakan
keputusan.
7.
Memonitor dan
menindaklanjuti.
Pada setiap
tahap pengambilan keputusan keberadaan informasi mempunyai peranan penting,
baik mulai dari proses pengidentifikasan persoalan, mencari alternatif
pemecahan persoalan, maupun memonitor pelakasanaan keputusan yang diterapkan.
Apabila proses tersebut dikaitkan dengan operasionalisasi suatu perusahaan,
informasi akuntansi inilah yang akan sangat dibutuhkan.
Proses
pengambilan keputusan akuntansi, adalah tidak jauh berbeda dengan proses
pengolahan data sebagaimana tersebut diatas. Sebab transaksi perdagangan akan
dicatat melalui proses akuntansi yang pada akhirnya untuk menemukan kondisi
laporan keuangan.
4.4
Laporan Keuangan
Hasil akhir dari
proses akuntansi adalah laporan keuangan (financial
statement). Laporan keuangan merupakan wujud jasa dari proses akuntan.
Laporan keungan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai
laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan.
Sebagaimana
telah disampaikan diatas, bahwa jenis laporan keuangan ini sebenarnya banyak,
namun menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, laporan keuangan mencakup:
1.
Neraca
2. Perhitunga
Laba Rugi
3. Laporan
Arus Kas
4. Laporan
Pendukung
5.
Catatan atas Laporan
Keuangan
Sesuai dengan
rangkaian antara akuntansi dengan laporan keuangan, maka isi atau elemen
laporan keuangan menurut Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) No 6 adalah berupa:
1.
Harta atau aktiva (Asset)
2. Kewajiban
atau Utang (Liabilities)
3. Ekuitas
atau modal Pemilik (Owner’s Equity )
4. Pendapatan
(Revenues), Laba (Gain)
5.
Biaya (Expenses), dan Rugi (Losses)
Dengan demikian
laporan keuangan adalah media bagi manajemen untuk menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi
perusahaan.
(Muhamad, Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah
Yogyakarta, 1998)
5.
Persoalan-
Persoalan Dalam Akuntansi Barat
Persoalan yang
perlu diperhatikan dalam akuntansi konvensional adalah sebagai berikut:
Pertama,
persoalan keberpihakan. Akuntansi dapat diumpamakan sabagai alat ukur atau
timbangan, selaknya sebagai alat ukur akuntansi selayaknya memiliki sifat
seadil mungkin. Dalam konteks akuntansi konvensional, keberpihakan dapat
terlihat cukup jelas.
Kedua,
terdapat beberapa konsep dasar yang bersifat kontroversial.
Ketiga,
efek dari persoalan konsep dasar tentu merembes ke tingakat standar, atau
bahkan metode akuntansi yang dipilih.
Berdasarkan tiga
persoalan dasart tersebut, menunjukan bahwa tidak semua asumsi, postulat,
kaidah, dan prinsip-prinsip dalam akuntansi barat dapat diterapkan untuk
lembaga-lembaga atau perusahaan yang menegakan nilai-nilai islam.
Sumber
referensi:
Iwan Triyuwono, “Akuntansi
Syariah: Imlementasi Nilai Keadilan dalam Format Metafora Amanah.” IAIN
Walisongo Surakarta, 1997)
Muhamad, Pengantar Akuntansi
Syariah. Salemba Empat. 2005
No comments:
Post a Comment
Thanks komentarnya..