1. Motivasi memperoleh rewards atau khawatir akan mendapatkan punishment.
Misalnya berharap akan memperoleh imbalan keuangan, kepuasan bekerja, pekerjaan yang lebih menyenangkan atau khawatir sebaliknya. Motivasi R & P, ini dapat efektif apabila sang pemimpin konsisten dengan kegiatan tersebut, artinya jangan sampai ada personil yang seharusnya mendapat Reward atau penghargaan tidak diberikan dan sebaliknya yang mendapatkan Punish atau hukuman tidak dihukum, hal ini akan mengakibatkan kecemburuan sosial didalam organisasi dan bahkan akan berdampak negatif bagi citra sang pemimpin bahkan akan menyebabkan ketimpangan atau bahkan pengrusakan kedalam organisasi tersebut, sehingga organisasi tersebut tergrogoti oleh virus anggota yang berprilaku negatif disebabkan ketidak konsistenan sang pemimpin.
2. Motivasi kesetiaan terhadap profesi, pekerjaan atau perusahaan
Motivasi ini dapat efektif apabila sang pemimpin harus benar2 jeli dan teliti terhadap rekrutment awal pada saat masuk menjadi karyawan bila perlu karyawan yg mau mendaftar diminta untuk test psikologi guna untuk melihat apakah orang tersebut dapat tekun dan sesuai dengan pekerjaan diperusaan tersebut, kemudian pemimpin harus selalu memberikan semangat terhadap para karyawannya dengan cara membuat motto perusahaan atau memanggil seorang motivator untuk ceramah kepada karyawan guna menumbuhkan semangat kerja.
3. Motivasi moral
Hal ini efektif apabila sang pemimpin memberikan contoh moral yang baik kepada karyawannya, minimal dia memberika sarana ibadah bagi karyawan yang kemungkinan terdiri dari banyak agama, sesekali juga sang pemimpin mengajak karyawannya berwisata rohani, hal ini bisa mendapat minimal 2 keuntungan yaitu karyawan mendapat sarana rekreasi melepas lelah dari beban kerja yang mungkin monoton, dan juga karyawan mendapat mengisi kebutuhan rohani mereka sehingga mereka bisa mempunyai keyakinan bahwa dengan berusaha dan berdoalah Tuhan akan memberikan apa yang akan kita inginkan dan bukan dengan cara bermalas-malasan, dan menyeleweng dari aturan agama.
4. Motivasi menjalankan keahlian
Motivasi ini berkaitan erat dengan motivasi profesi, pekerjaan dan perusahaan, karena apabila dalam rekrutmen pemimpin tidak menseleksi karyawan yang berpotensi untuk menjalankan perusahaan tersebut maka perusahaan tersebut akan berjalan lambat, tetapi apabila didalam rekrutmen sudah memilih orang2 yang ahli dalam bidangnya sesuai apa yang dibutuhkan perusahaan tersebut otomatis perusahaan akan berjalan lancar sesuai program yang ditentukan dan bahkan dapat menciptakan inofasi-inofasi didalam pekerjaannya sehingga mempermudah dan memberikan gairah baru para pekerja lainnya dan hal itu akan mempercepat perusahan untuk mencapai Goalsnya / tujuannya.
5. Motivasi karena sesuai dengan sikap hidup
Hal ini berkaitan dengan psikologi & relegius positif seseorang, apabila perusahaan dapat memilih orang2 yang mempunyai sikap hidup yang sesuai dengan tujuan perusahaan maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut pasti akan maju, permasalahannya adalah bisakah pemimpin dapat memilih orang2 yang seperti itu? kembali lagi pada rekrutment awal calon pegawai tersebut, artinya perusahaan harus mempunyai seorang ahli psikolog yang handal untuk mendeteksi sikap bathin seseorang dalam melakukan pekerjaan di perusahaan tersebut.
6. Motivasi kapatuhan terhadap kekuasaan
Motivasi ini dapat berjalan dengan baik apabila para pekerja kita mematuhi aturan2 yang dibuat oleh perusahaan tersebut, oleh sebab itu peraturan yang dibuat oleh perusahaan tersebut haruslah yakin bahwa peraturan tersebut dapat dilaksanakan (kalau bisa libatkan karyawan didalam membuat suatu peraturan sehingga kita dapat mengukur kemampuan karyawan didalam melaksanakan sebuah aturan ) oleh para pekerja, sehingga para pekerja tersebut juga akan respek / mematuhi dan menghormati aturan-aturan yang diterapkan oleh pimpinan perusahaan”.
Didalam bukunya yang berjudul A Theory of Justice, Rawls mengemukakan tentang beberapa basic assumption agar dalam suatu masyarakat dapat bekerja sama dalam kondisi Fair.
1. Anggota masyarakat tidak memandang tatanan sosial masyarakat tidak berubah. Masyarakat harus menuju keadilan, sehingga masyarakat terbuka pada perubahan, terutama perubahan struktur sosial.
2. Kerjasama dibedakan dengan aktifitas yang terkoordinasi hal ini dapat dilihat dari:
- bentuk kerjasama selalu berpijak pada keadilan sedangkan coordinated activity berpijak pada efektifitas/ efisiensi.
- kerjasama (organizing principle) aturan dibuat untuk mengatur anggota-anggotanya (mengikat, mengatur kepentingan-kepentingan anggota) sedangkan dalam coordinated activity aturan dibuat untuk kepentingan yang membuat aturan.
- dalam kerjasama (organizing principle) harus sah secara publik (harus disepakati oleh partisipan) sedangkan dalam coordinated activity tidak ada organisasi, aturan tidak harus sah secara publik.
Semoga ulasan singkat tentang alasan terjadinya kerjasama diatas bermanfaat untuk sahabat Diamond, tetap berproses..!!!