Thursday, December 29, 2011

Tinjauan Pustaka Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam suatu organisasi, pemimpin adalah suatu unsur terpenting, karena seorang pemimpin memiliki daya kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan manusia lainnya dalam rangka pengelolaan organisasi. Oleh sebab itu, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci utama untuk menjadi seorang manajer yang efektif.

Menurut Hasibuan
dalam bukunya “ Manajemen sumber Daya Manusia”, yang dikutip oleh Lusia Kurniawati (2009), menjelaskan definisi pemimpin dan kepemimpinan, sebagai berikut:
  1. Pemimpin, adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.
  2. Kepemimpinan, adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian jelas ada perbedaan antar pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin adalah orang yang melakukan proses dalam memimpin sedangkan kepemimpinan adalah proses yang terjadi pada saat memimpin tersebut.

Ada beberapa pendapat mengenai arti kepemimpinan D.E. Macfarland (1978), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. J.M. Pfifner (1980) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seni mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan Oteng Sutisna (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama ke arah tecapainya tujuan.
(Sudarwan Danim , 2006: 204)

Menurut Koontz, O’Donnel dan Weicrich, (Wahjusumidjo, 2005:103) di dalam bukunya yang berjudul Management, kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya untuk melakukan kerja sama melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Sementara itu, G.R. TERRY (Winardi, 2000:62-68) dalam bukunya “Principles of Management” mengemukakan 8 (delapan) buah teori kepemimpinan sebagai berikut:

  • Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin otokratis menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi di antara mana, disiplin adalah faktor terpenting.
  • Teori Psikologis
Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja ke arah pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka.
  • Teori sosiologis
Kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antar para pengikut. Usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang hingga timbulnya konflik yang merusak di dalam atau dia antara kelompok-kelompok. Dalam situasi ini, pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara para pengikutnya.
  • Teori suportif
Dalam teori ini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka.
  • Teori “Lissez Faire
Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka. Pemimpin tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukannya maka partisipasi tersebut hampir tidak berarti.
  • Teori prilaku pribadi
Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi olehnya. Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena ia beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk menghadapi suatu problem tertentu.
  • Teori sosial/sifat
Sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin dapat disebut: Intelegensi, inisiatif, energi atau rangsangan, kedewasaan emosional, persuasif, skill komunikatif, kepercayaan pada diri sendiri, perseptif, kreativitas, partisipasi sosial.
  • Teori situasi
Teori ini menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi.


Sementara itu menurut Suko Susilo (2005:91-92), perilaku kepemimpinan yang memiliki kecenderungan orientasi pada pelaksanaan tugas-tugas dan produktivitas kelompok melakukan sejumlah kegiatan yang antara lain:
  1. Initiating
Initiating atau memulai adalah kegiatan mengambil inisiatif untuk segera melakukan pergerakan pengerjaan tugas-tugas tertentu.
  1. Regulating
Merupakan perilaku pemimpin dalam aktivitas kepemimpinannya dengan membuat aturan yang jelas untuk mengatur arah dan langkah-langkah kegiatan di dalam kelompok.
  1. Informing
Kegiatan memberi informasi tentang data dan fakta-fakta serta pendapat-pendapat kepada anggota kelompok kemudian meminta dari mereka informasi yang diperlukan.
  1. Suporting
Tindakan pemimpin ini terkait dengan usaha untuk menerima gagasan, pendapat dan usul dari anggota kelompok dan menyempurnakannya dengan menambah atau menguranginya untuk digunakan dalam rangka penyelesaian tugas bersama.
  1. Evaluating
Tindakan untuk melakukan penilaian-penilaian, juga menguji gagasan yang muncul serta cara kerja yang diambil dengan menunjukkan sejumlah konsekuensi yang menyertainya.
  1. Summarizing
Kegiatan untuk mengumpulkan dan merumuskan gagasan, pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu menyimpulkan sebagai landasan untuk tindakan selanjutnya.


Menurut Wahjosumidjo (2005:83), sekolah yang merupakan organisasi juga memerlukan seorang pemimpin, dalam hal ini kepala sekolah, yang amat sangat berperan, baik dari pihak guru, murid, maupun warga sekolah lainnya. Kata ‘kepala’ dapat diartikan ‘ketua’ atau ‘pemimpin’ dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedang ‘sekolah’ adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Menurut Sudarwan Danim (2006:205-206) dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, kepala sekolah setidaknya harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut: 1) Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Memiliki intelegensi yang tinggi; 3) Memiliki fisik yang kuat; 4) Berpengetahuan luas; 5) Percaya dir; 6) Dapat menjadi anggota kelompok; 7) Adil dan bijaksana; 8) Tegas dan berinisiatif; 9) Berkapasitas membuat keputusan; 10) Memiliki kestabilan emosi; 11) Sehat jasmani dan rohani; 12) Bersikap prospektif.

Hick juga mengemukakan pendapat (Wahjusumidjo, 2005:106), bahwa kepala sekolah adalah sebagai seorang pemimpin yang seharusnya dalam melakukan praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempratekkan delapan fungsi (leadership function), yaitu: adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan organisasi, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman,sebagai wakil orang, sumber inspirasi, dan bersedia menghargai.

Menurut Sudarwan Danim (2006 : 212-214), kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan menjadi persyaratan utama dalam manajemen sekolah. Meski begitu, sebagai “manusia biasa” perilaku kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya akan beragam karena faktor-faktor kontekstual, kondisi kelompok subjek yang dipimpin, dan faktor individual kepala sekolah itu sendiri. Bertolak dari perilaku pemimpin dalam sekelompok manusia organisasional, kita dapat mengelompokkan kepemimpinan seseorang dalam tipe-tipe tertentu yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Tipe-tipe kepemimpinan tersebut adalah:
  1. Pemimpin Otokratik
Pemimpin otokratik berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib, dan tidak boleh dibantah. Sikapnya senantiasa mau menang sendiri, tertutup terhadap ide dari luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat.
  1. Pemimpin Demokratis
Pimpinan yang demokratis berusaha lebih banyak melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan. Kepemimpinan ini dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai. Interaksi yang dinamis dimaksudkan bahwa pimpinan mendelegasikan tugas dan memberikan kepercayaan kepada yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang bermutu secara kuantitatif.
3. Pemimpin Permisif
Pemimpin permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh, terlalu banyak mengambil muka dengan dalih untuk mengenakkan individu yang dihadapinya. Dia memberikan kebebasan kepada manusia organisasional. Bawahan tidak mempunyai pegangan yang jelas, informasi diterima simpang siur dan tidak konsisten.


Menurut Wahjosumidjo, (2005:119-121), kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu perwujudan kepemimpinan nasional , yaitu kepemimpinan Pancasila, satu potensi atau kekuatan yang mampu memberdayakan segala daya sumber masyarakat dan lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila mencapai tujuan nasional, dalam situasi tertentu. Oleh sebab itu, kepemimpinan kepala sekolah sebagai salah satu pelaksanaan kepemimpinan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, harus mencerminkan diwujudkannya kepemimpinan Pancasila yang memiliki watak dan berbudi luhur 

Berdasarkan beberapa uraian tentang kepemimpinan sekolah di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan hendaknya hendaknya memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan dapat dijadikan contoh bagi warga sekolah itu sendiri. Hal ini diharapkan agar di dalam sekolah tercipta hubungan yang baik antar guru, karyawan dan siswa. Para warga sekolah pun akan semangat dalam mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, termasuk para guru yang akan terus berusaha meningkatkan kinerja mereka.

Related Post

Semoga Bermanfaat, Jika Sahabat suka dan memperoleh manfaat dari artikel-artikel di blog Komunitas Diamond ini, silakan bagikan ke teman-teman sahabat melalui jejaring sosial dibawah ini: