Wednesday, January 25, 2012

Struktur, Sistem dan Langkah Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan
Prajudi (1984) menyatakan struktur dan system dari kerangka pengambilan keputusan tergantung dari:
  1. posisi orang yang berwenang, bertanggung jawab untuk mengambil keputusan;
  2. problema atau maslah yang dihadapi dan harus ditangani atau dipecahkan;
  3. situasi di mana si pengambil posisi dan problem itu berada;
  4. kondisi dari pada si pengambil keputusan, kekuatan dan kemampuannya untuk menghadapi problem tersebut; dan
  5. tujuan yang harus dicapai dengan pengambilan keputusan.
Berkaitan dengan proses pengambilan keputusan rasional dapat diuraikan sebagai berikut. Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional yang dikutip dari Stephen P. Robbins (2002:90).
  1. Mendefinisikan masalah: Banyak keputusan buruk berawal dari kecerobohan seorang pengambil keputusan dalam menilai masalah atau kesalahan mendefinisikan masalah. Suatu masalah muncul ketika terdapat ketidaksesuaian antara kenyataan dengan kondisi yang diinginkan.
  2. Mengidentifikasi kriteria keputusan: Hal ini dibutuhkan dalam pemecahan masalah.  Dalam langkah ini, pengambil keputusan sedang menentukan apa yang relevan dalam pengambilan keputusan.
  3. Menimbang kriteria: Memberi mereka prioritas yang tepat dalam keputusan karena kriteria yang diidentifikasi tidak selalu memiliki bobot yang sama.
  4. Menghasilkan alternatif: Langkah ini, tidak ada upaya yang dibuat untuk menilai alternatif melainkan hanya untuk mendaftarnya. Begitu alternatif telah dihasilkan, pengambilan keputusan harus secara kritis menganalisis dan mengevaluasi masing-masing alternatif tersebut.
  5. Menilai semua alternatif pada masing-masing kriteria: Kekuatan dan kelemahan masing-masing alternatif menjadi bahan pertimbangan setelah alternatif-alternatif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan ditimbang seperti yang ditetapkan dalam langkah kedua dan ketiga.
  6. Menghitung keputusan optimal: Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria yang telah dipertimbangkan dan memilih alternatif dengan skor tertinggi.
Model pengambilan keputusan yang rasional di atas mengandung sejumlah asumsi-asumsi, yaitu:
  1. kejelasan masalah: masalah jelas dan tidak samar-samar. Pengambil keputusan diasumsikan memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi keputusan;
  2. pilihan diketahui: pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat membuat daftar dari semua alternatif yang berlaku terus. Labih lanjut, pengambilan keputusan mengetahui semua kemungkinan konsekuensi dari masing-masing alternatif; 
  3. preferensi yang jelas: rasionalitas mngasumsikan bahwa masing-masing kriteria dan alternatif dapat direngking  dan ditimbang untuk menunjukkan tingkat pentingnya;
  4. preferensi yang konstan: diasumsikan bahwa kriteria suatu keputusan tertentu  adalah konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu;
  5. tidak ada batasan waktu dan biaya: pengambilan keputusan rasional dapat memperoleh informasi yang lengkap tentang kriteria dan alternatif karena diasumsikan bahwa tidak ada kendala waktu dan biaya; dan
  6. hasil maksimal: pengambilan keputusan rasional akan memilih alternatif yang menghasilkan nilai yang dipandang tertinggi (Stephen P. Robbins, 2002:91).
Menurut Richard I. Levin dalam Imam Murtono (2009) terdapat 6 (enam) tahap pengambilan keputusan, tahap observasi, tahap analisis dan pengenalan masalah, pengembangan model, memilih data masukan yang sesuai, perumusan dan pengetesan, pemecahan.

Apakah pengambilan keputusan dalam organisasi rasional? Apakah mereka secara hati-hati menili masalah, mengidentifikasi semua kriteria yang relevan, menggunakan kreativitas mereka untuk mengidentifikasi semua alternatif yang terlihat, dan dengan seksama mengevaluasi setiap alternatif untuk menemukan sebuah pilihan optimal? Seorang ahli dalam pengambilan keputusan akhir-akhir ini menyimpulkan: ”Kebanyakan keputusan dibuat dengan perhitungan sederhana, daripada dengan mengikuti langkah-langkah tentang keputusan penting yang telah terdefinisi (Stephen P. Robbins, 2002:93).”

Karena kapasitas pikiran manusia untuk memformulasikan dan memecahkan masalah yang kompleks jauh di bawah prasyarat model rasionalitas, maka induvidu berjalan dalam rasionalitas terbatas (bounded rationality). Mereka membangun model yang disederhanakan dan mencari segi-segi penting dan masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya. Individu , kemudian dapat berprilaku secara rasioal hanya dalam model yang sederhana.salah satu aspek yang paling menarik dari rasionalitas terbatas adalah tatanan dimana semua alternatif dianggap penting guna menentukan alternatif mana yang kemudian dipilih.

Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses bawah sadar yang tercipta dari pengalaman. Pengambilan keputusan intuitif tidak harus dengan melakukan analisis rasional secara independen, namun, lebih merupakan dua hal yang saling melengkapi. Hasilnya adalah bahwa pengambilan keputusan intuitif dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam informasi yang sangat terbatas.

Untuk menghindari informasi yang terlalu banyak, para pengambil keputusan menyandarkan pada heuristik atau jalan pintas penilaian, dalam pengambilan keputusan. Ada dua kategori umum heuristik ketersediaan dan keterwakilan. Keduanya menimbulkan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering dibuat oleh para pengambil keputusan adalah kecendrungan untuk meningkatkan komitmen kepada serangkaian tindakan yang gagal. Heuristik Ketersediaan (availability heuristic) dimana kecendrungan orang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia untuk mereka. Sedangkan Heuristik Keterwakilan (representative heuristic) yaitu kcendrungan menilai suatu kejadian dengan mencocokkannya pada kejadian yang sebelumnya ada.

Bias lainnya yang berpengaruh dalam praktik pengambilan keputusan adalah kecendrungan untuk meningkatkan komitmen ketika suatu aliran keputusan dipandang sebagai suatu rangkaian keputusan. Peningkatan Komitmen (escalation of commitment) adalah komitmen yang meningkat terhadap keputusan sebelumnya meskipun terdapat informasi yang negatif pada keputusan tersebut.

Semoga bermanfaat, Salam Diamond..!!!


Related Post

Semoga Bermanfaat, Jika Sahabat suka dan memperoleh manfaat dari artikel-artikel di blog Komunitas Diamond ini, silakan bagikan ke teman-teman sahabat melalui jejaring sosial dibawah ini: