Sahabat Diamond, dalam waktu dekat ini
pendidikan kita akan kembali dihadapkan pada sebuah agenda rutin besar yakni
Ujian Nasional. Agenda rutin yang selalu menjadi buah bibir masyakat, baik
karena kontroversinya ataupun karena keharusan dalam menghadapinya. Keharusan untuk
lulus. Keharusan untuk tidak dicemo’oh dan keharusan untuk melanjutkan
pendidikan ketingkat selanjutnya.
Ada kecemasan dan kekhawatiran tentunya
yang dirasakan oleh pihak sekolah. Walaupun ujian nasional sudah berlangsung
dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun tetap saja ada perasaan risau
seandainya ada siswa yang tidak lulus. Hal ini sebenarnya tidak hanya dirasakan
oleh pihak sekolah saja , tapi dirasakan oleh siswa dan orang
tua. Sayangnya Ujian Nasional yang bertujuan untuk menghasilkan output
yang berkualitas, tidak diiringi oleh kesadaran dari semua pihak. Sehingga
muncullah kecurangan dan pelanggaran dalam pelaksanaan Ujian Nasional.
Ada banyak alasan yang mendasari terjadinya
praktek kecurangan pada Ujian Nasional, beberapa diantaranya saya coba uraikan
berdasarkan beberapa sudut pandang berikut :
1. Sudut Pandang Siswa
Bagi siswa tentu akan menjadi aib dan akhir dari sebuah proses panjang tatkala mereka tidak lulus Ujian Nasional. Mereka akan merasa sangat malu kala nama mereka tidak termasuk yang berhasil lulus dalam daftar pengumuman. Walaupun tidak sedikit dari para siswa yang usahanya biasa-biasa saja dalam menghadapi Ujian Nasional. Karena banyak siswa yang ketika menghadapi Ujian Nasional justru masih asyik bermain game, begadang untuk kegiatan yang tidak ada hubunganya dengan Ujian. Namun tetap saja merasa tidak terima saat mereka tidak lulus ujian. Tetapi bagi mereka yang telah berusaha dengan maksimal, tentu ada kekecewaan. Karena mereka benar-benar telah berupaya maksimal untuk menghadapi Ujian Nasional. Dan terkadang mereka yang dianggap pandai justru mengalami nasib sial tidak lulus ujian nasional. Tidak adil memang tapi itulah fakta yang ada di lapangan. Maka akhirnya kecurangan pun dilakukan oleh para siswa.
Bagi siswa tentu akan menjadi aib dan akhir dari sebuah proses panjang tatkala mereka tidak lulus Ujian Nasional. Mereka akan merasa sangat malu kala nama mereka tidak termasuk yang berhasil lulus dalam daftar pengumuman. Walaupun tidak sedikit dari para siswa yang usahanya biasa-biasa saja dalam menghadapi Ujian Nasional. Karena banyak siswa yang ketika menghadapi Ujian Nasional justru masih asyik bermain game, begadang untuk kegiatan yang tidak ada hubunganya dengan Ujian. Namun tetap saja merasa tidak terima saat mereka tidak lulus ujian. Tetapi bagi mereka yang telah berusaha dengan maksimal, tentu ada kekecewaan. Karena mereka benar-benar telah berupaya maksimal untuk menghadapi Ujian Nasional. Dan terkadang mereka yang dianggap pandai justru mengalami nasib sial tidak lulus ujian nasional. Tidak adil memang tapi itulah fakta yang ada di lapangan. Maka akhirnya kecurangan pun dilakukan oleh para siswa.
2. Sudut Pandang Sekolah.
Bagaimanapun
sekolah masih bergantung dari banyak sedikitnya siswa yang mendaftar dan masuk
. Saat banyak siswa yang mendaftar maka tentu akan ada hal positif dalam proses
perjalanan sekolah. Karena dana bantuan dari pemerintah seperti BOS bergantung
dengan jumlah siswa. Ketika banyak siswa nya tentu akan makin banyak dana yang
diperoleh oleh pihak sekolah, dan sebaliknya. Selain itu adanya kebijakan
sertifikasi bagi guru sangat membebani dalam hal mendapatkan jumlah jam yang
memenuhi 24 jam per minggu. Karena bagi sekolah yang siswa nya sedikit, akan
sangat sulit untuk memenuhi kewajiban itu. Hingga banyak yang tidak sesuai
dengan praktek di kelas. Dan ketika sekolah tidak mampu meluluskan siswa nya
dengan predikat yang baik, tentu akan berimbas pada siswa yang akan mendaftar
dan masuk ke sekolah tersebut. Dan hal ini sangat dirasakan oleh sekolah
swasta. Karena banyak guru-guru yang masih berstatus honorer. Bagi guru yang
berstatus PNS tentu masih bisa mendapatkan hasil dari gaji tetap mereka,
andai sekolah sampai tutup. Ada juga sekolah yang menganggap Ujian Nasional
sebagai kedzoliman yang dilakukan pemerintah. Karena sungguh tidak adil bagi
sekolah yang keberhasilannya ditentukan hanya tiga hari. Maka
sekolah menganggap kecurangan sebagai pembenaran atas kodzoliman yang mereka
dapatkan.Tentu tidak bisa digeneralkan, karena masih ada sekolah yang memiliki
moral yang terpuji. Mereka tetap mengedepankan sikap jujur dalam membangun
kebaikan untuk anak didik nya.
3. Sudut Pandang Orang
Tua
Orang tua tentu merasa resah saat ujian nasional, bukan hanya karena mereka takut malu dengan keluarga, tetangga dan teman-teman tp juga karena mereka sudah banyak mengeluarkan biaya. Walaupun sudah ada biaya dari pemerintah namun tetap ada biaya yang harus mereka keluarkan untuk biaya pendidikan diluar biaya sekolah. Maka tak sedikit akhirnya orang tua yang mendukung kecurangan yang terjadi. Paling tidak mereka tidak mau melaporkan kecurangan yang terjadi. Padahal banyak orang tua yang mengetahui praktek kecurangan yang terjadi selama ujian nasional. Seperti kasus yang terjadi pada seorang ibu di SDN Gadel II Tandes, Kota Surabaya saat beliau melaporkan kecurangan tersebut. Bukan dukungan justru cemooh dan intimidasi yang didapat dari wali murid lain.
Orang tua tentu merasa resah saat ujian nasional, bukan hanya karena mereka takut malu dengan keluarga, tetangga dan teman-teman tp juga karena mereka sudah banyak mengeluarkan biaya. Walaupun sudah ada biaya dari pemerintah namun tetap ada biaya yang harus mereka keluarkan untuk biaya pendidikan diluar biaya sekolah. Maka tak sedikit akhirnya orang tua yang mendukung kecurangan yang terjadi. Paling tidak mereka tidak mau melaporkan kecurangan yang terjadi. Padahal banyak orang tua yang mengetahui praktek kecurangan yang terjadi selama ujian nasional. Seperti kasus yang terjadi pada seorang ibu di SDN Gadel II Tandes, Kota Surabaya saat beliau melaporkan kecurangan tersebut. Bukan dukungan justru cemooh dan intimidasi yang didapat dari wali murid lain.
4. Sudut pandang Dinas
Pendidikan
Bukan bermaksud berprasangka buruk, tapi suatu hal yang mustahil jika pihak Dinas Pendidikan sebagai wakil pemerintah tidak tahu dengan praktek kecurangan yang terjadi pada Ujian Nasional di daerah mereka. Karena sebelum Ujian Nasional akan ada sosialisasi yang mereka berikan. Ada semacam persiapan yang dilakukan untuk mengawali kecurangan tersebut. Walaupun tentu pihak sekolah yang berperan penting dalam hal ini. Ada perasaan gengsi tentunya bagi pihak Pemerintah yang diwakili Dinas Pendidikan jika banyak peserta didik yang berhasil lulus ujian nasional dan sebaliknya. Karena salah satu indikator keberhasilan Dinas Pendidikan adalah banyaknya peserta didik yang berhasil lulus Ujian Nasional. Wajar hal itu dituntut, karena sudah banyak biaya yang dikeluarkan baik melalui APBN maupun APBD untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Baik untuk membangun fasilitas, kesejahteraan guru maupun siswa itu sendiri.
Bukan bermaksud berprasangka buruk, tapi suatu hal yang mustahil jika pihak Dinas Pendidikan sebagai wakil pemerintah tidak tahu dengan praktek kecurangan yang terjadi pada Ujian Nasional di daerah mereka. Karena sebelum Ujian Nasional akan ada sosialisasi yang mereka berikan. Ada semacam persiapan yang dilakukan untuk mengawali kecurangan tersebut. Walaupun tentu pihak sekolah yang berperan penting dalam hal ini. Ada perasaan gengsi tentunya bagi pihak Pemerintah yang diwakili Dinas Pendidikan jika banyak peserta didik yang berhasil lulus ujian nasional dan sebaliknya. Karena salah satu indikator keberhasilan Dinas Pendidikan adalah banyaknya peserta didik yang berhasil lulus Ujian Nasional. Wajar hal itu dituntut, karena sudah banyak biaya yang dikeluarkan baik melalui APBN maupun APBD untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Baik untuk membangun fasilitas, kesejahteraan guru maupun siswa itu sendiri.
Sekali lagi tentu tidak bisa disimpulkan
bahwa semua pihak melakukan kecurangan selama proses Ujian Nasional. Karena
masih ada pihak-pihak yang memiliki hati nurani untuk memperbaiki
kualitas pendidikan dengan cara-cara yang baik. Masih ada siswa, sekolah, orang
tua maupun pemerintah yang berlaku jujur. Tentu sangat ironis jika pendidikan
sudah dimasuki kepentingan untuk tujuan yang tidak baik. Karena bagaimanapun
pemimpin yang akan datang sangat ditentukan dari proses pendidikan yang
mereka dapat saat ini.
Sahabat diamond, perilaku curang sebenarnya adalah sebuah
produk sistem pendidikan Indonesia selama ini. Perilaku curang seolah telah
menjadi budaya yang mendarah daging dalam kehidupan kita. Sahabat pernah
menghitung berapa kali dalam sehari media di Indonesia memberitakan kecurangan-kecurangan
yang terjadi di Indonesia ini?
Sahabat Diamond,menurut saya satu-satunya solusi agar perilaku curang dari
muka bumi Indonesia adalah dengan cara mengembalikan bangsa Indonesia ke
Tuhannya. Mengembalikan bangsa kita kejalan tuhan, kejalan yang benar. Karena selama ini, manusia Indonesia telah terlanjur menjauh dari agama dan tuhannya. Hanya
Allahu Rabb Semesta Alam, yang punya kuasa penuh atas diri kita..
Bagaimana menurut sahabat? Punya pendapat lain, silakan
dishare ya..!!!