Belajar bukanlah
menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, aktivitas
dalam proses pembelajaran sangat diperlukan agar kegiatan belajar mengajar di
kelas tidak pasif.
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses
belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung apabila seseorang sekarang
dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui
olehnya. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja tanpa diimbangi
dengan aktivitas belajar.
Seperti yang
telah dikemukakan pada Bab IV Pasal 19
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang
didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa.
Pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktifitas sendiri (Hamalik, 2001: 171). Aktivitas belajar adalah
seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai
kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar
sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar
yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data,
menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
Pada prinsipnya
belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah
mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar (Sardiman, 2001: 93).
Menurut Dierich dalam Hamalik (2008:172) aktivitas
dalam kegiatan belajar diklasifikasikan menjadi 8 kelompok yaitu
- Kegiatan-kegiatan visual: membaca, memperhatikan, melihat gambar-gambar, esperimen, demontrasi, pameran, mengamati pekerjaan orang lain dan sebagainya.
- Kegiatan-kegiatan lisan: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengeluarkan pendapat, berwawancara, berdiskusi.
- Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan permainan instrument musik, mendengarkan siaran radio.
- Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, memeriksa karangan, laporan, mengisi angket, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes.
- Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, peta, diagram, dan pola.
- Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menyelanggarakan permainan, menari dan berkebun.
- Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
- Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Penggunaan asas
aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena
- Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
- Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
- Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa
- Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
- Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
- Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan orang tua dengan guru.
- Pengajaran dilakukan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.
- Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam masyarakat (Sanjaya, 2006: 134).
Biasanya
aktivitas anak didik akan berkurang apabila bahan pelajaran yang guru berikan
tidak atau kurang menarik perhatiannya disebabkan dengan cara mengajar dan
mengabaikan prinsip-prinsip mengajar. Setelah mengikuti proses belajar
mengajar, perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa yang dialami
siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Bagi
siswa penilaian dapat memberikan informasi tentang sejauh mana materi ekonomi
yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat digunakan sebagai petunjuk
mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan
balik untuk proses belajar mengajar selanjutnya. Nilai yang diperoleh setelah
proses belajar mengajar ini disebut sebagai hasil belajar.
Belajar adalah
suatu proses aktif, yang dimaksud aktif disini bukan hanya aktivitas yang
tampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi juga aktivitas-aktivitas
mental seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya. Belajar yang baik
adalah melaksanakan proses belajar sebagai aktivitas fisik dan psikis. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran juga diperlukan sumber belajar yang dapat
dijadikan acuan bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
Sudirman dalam Djamarah (2006:49) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut
- Manusia (People)
- Bahan (Material)
- Lingkungan (Setting)
- Alat dan perlengkapan (Tool and Equipment)
- Aktivitas
(activities)
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi- Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa
- Materi (bahan) yang harus dipelajari
- Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.